INTERNASIONAL

Kim Jong-un Tutup Pintu Dunia Luar untuk Mencegah Pembelotan Tentara

Baru-baru ini, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah mengusulkan “Teori Dua Negara Bermusuhan” untuk menghentikan persatuan dan reunifikasi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tidak hanya itu, Kim Jong-un juga merombak konstitusi untuk memperkuat gagasannya tersebut. Seberapa besar dampak kebijakan Kim Jong-un ini? Menurut mantan perwira militer Korea Utara, Kim Min-hyuk, Kim Jong-un telah membangun penghalang anti-tank dan menanam ranjau di Zona Demiliterisasi (DMZ) untuk mencegah pelarian. Selain itu, Korea Utara juga menghancurkan simbol-simbol kerja sama antar-Korea, seperti jalur kereta Donghae dan Gyeongui, yang mengakibatkan ketidakstabilan di Semenanjung Korea.

Meskipun Kim Jong-un berusaha keras untuk menutup perbatasan dengan konsep ‘mengurung orang selamanya’, ia tidak menyadari bahwa tindakannya hanya akan semakin memperdalam isolasi rezim dan meningkatkan penderitaan rakyatnya. Kim Min-hyuk, yang pernah bertugas sebagai prajurit di Provinsi Gangwon, mengungkapkan bahwa selama bertugas di militer, ia mengalami kesulitan akibat kekurangan pangan yang parah dan beban berat untuk bertahan hidup sehari-hari.

Menurut Kim Min-hyuk, dunia sudah menyadari bahwa rakyat Korea Utara menderita kelaparan hebat akibat banjir berulang dan kesulitan ekonomi di bawah pemerintahan Kim Jong-un. Bahkan dalam militer Korea Utara, kondisinya tidak jauh berbeda. Para prajurit tidak mendapatkan cukup makanan, dengan ransum militer yang terbatas pada jagung dan gandum, dan lauk yang hanya terdiri dari lobak asin dan kubis. Hal ini menyebabkan kekurangan gizi yang luas dan peningkatan penyakit seperti hepatitis.

Kim Min-hyuk, yang membelot ke Korea Selatan pada tahun 2020, juga mengungkapkan bahwa prajurit Korea Utara menghadapi kondisi ekstrem dengan pakaian yang tidak memadai. Selama masa wajib militer sepuluh tahun, prajurit hanya menerima maksimal tiga set seragam, dan seringkali terpaksa mencuri pakaian sipil untuk bertahan hidup. Kondisi ini membuat mereka terlihat lusuh dan bahkan mendorong beberapa prajurit hingga titik kematian.

Para prajurit juga hidup di bawah tekanan otoritas Korea Utara yang ketat, yang melarang mereka melihat atau menyentuh selebaran anti-rezim dengan alasan bahwa selebaran tersebut dilapisi racun. Namun, beberapa prajurit tetap melihat isi selebaran tersebut, yang mengungkap gaya hidup mewah keluarga Kim. Hal ini membuat banyak prajurit merasa dikhianati oleh pemimpin mereka.

Dengan kondisi yang semakin memburuk di Korea Utara, semakin banyak prajurit yang mengalami gangguan kesehatan akibat gizi buruk. Kim Min-hyuk berharap bahwa dengan mengungkapkan kondisi yang sebenarnya di Korea Utara, dunia bisa memberikan bantuan kepada rakyat yang menderita. Kim Min-hyuk menekankan pentingnya untuk membantu rakyat Korea Utara yang terus menderita di bawah rezim Kim Jong-un.