Sosok Pejabat CIA yang Terlibat dalam Pembocoran Rencana Serangan Israel ke Iran
Pejabat CIA Amerika Serikat, Asif William Rahman, telah ditangkap FBI di Kamboja pada Selasa karena diduga membocorkan dokumen rahasia yang mengungkap rencana serangan Israel terhadap Iran. Rahman kemudian dibawa ke pengadilan federal di Guam untuk menghadapi dakwaan. Menurut laporan dari New York Times, Rahman sebelumnya sudah didakwa oleh pengadilan federal AS di Virginia atas tuduhan penyimpanan dan transmisi informasi pertahanan nasional dengan sengaja.
Dokumen-dokumen rahasia yang dibocorkan oleh Rahman diduga berasal dari Badan Intelijen Geospasial Nasional, yang bertugas menganalisis informasi dan foto satelit mata-mata AS. Reuters melaporkan bahwa data intelijen dalam dokumen tersebut berdasarkan citra satelit dari tanggal 15-16 Oktober 2024.
Rahman bekerja untuk CIA di luar negeri dan memiliki izin keamanan rahasia yang memberinya akses ke informasi sensitif, termasuk penanganan dokumen dan foto rahasia. Dokumen-dokumen tersebut sebelumnya disebarluaskan melalui aplikasi Telegram, namun pejabat AS belum yakin dari mana asal dokumen tersebut.
Pada bulan Oktober, pejabat senior Amerika telah menyuarakan kekhawatiran setelah terjadi kebocoran dua dokumen intelijen AS yang mengungkap potensi serangan Israel terhadap Iran. Meskipun Departemen Pertahanan AS dan Kantor Direktur Intelijen Nasional menolak berkomentar tentang kebocoran tersebut, mereka tidak menyangkal keasliannya.
Kebocoran tersebut terjadi ketika saluran Telegram Middle East Spectator mengklaim menerima dokumen persiapan serangan Israel dari sumber dalam komunitas intelijen AS. Saluran Telegram ini dikenal karena mempublikasikan propaganda pro-Iran, dengan akun Twitter terkaitnya menyatakan bahwa operatornya berbasis di Iran.
Setelah penangkapan Rahman, Mick Mulroy—mantan wakil asisten menteri pertahanan Amerika untuk Timur Tengah—menekankan pentingnya keamanan materi rahasia bagi badan intelijen dan karyawannya. “Sangat mengkhawatirkan jika seorang petugas CIA terlibat dalam membocorkan informasi yang sangat rahasia,” ujar Mulroy kepada The New York Post. “Perlindungan ini penting untuk melindungi sumber dan metode pengumpulan intelijen serta operasi rahasia yang kami andalkan.”
Kasus kebocoran ini menjadi sorotan karena melibatkan informasi sensitif yang dapat mempengaruhi hubungan antara Israel dan Iran. Keamanan dan kerahasiaan informasi intelijen harus dijaga dengan ketat demi menjaga kestabilan dan keamanan global.
Semoga kasus ini dapat diungkap dengan adil dan transparan, serta memberikan pelajaran bagi semua pihak akan pentingnya menjaga kerahasiaan informasi yang vital bagi keamanan negara.