Pemerintah Ungkapkan Indonesia Berpotensi Punya Energi Surya 3.300 GW
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan, khususnya tenaga surya yang diperkirakan mencapai 3.300 gigawatt (GW). Menurut beliau, hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam transisi energi dan dekarbonisasi global.
Menurut Menko Luhut, pengembangan energi terbarukan ini tidak hanya untuk kepentingan Indonesia, tetapi juga akan memberikan kontribusi positif pada transisi energi global. Hal ini disampaikan beliau saat menyampaikan sambutan pembukaan pada Sesi Tematik “Decarbonisation opportunities in ASEAN” dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta.
Selain itu, Menko Luhut juga menekankan pentingnya kerjasama dengan Singapura dalam perdagangan listrik hijau. Kerjasama ini diharapkan dapat membuka peluang investasi sebesar 30 miliar hingga 50 miliar dollar AS dalam pembangkitan tenaga surya dan manufaktur fotovoltaik (PV) surya.
Di sektor transportasi, Indonesia juga telah meluncurkan beberapa program insentif untuk kendaraan listrik. Dalam rentang waktu antara tahun 2022 dan 2024, penjualan kendaraan listrik baterai (BEV) di Indonesia meningkat pesat, menarik investasi sekitar 10 miliar Dollar AS.
Indonesia, yang juga merupakan produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia dan memiliki sumber daya rumput laut yang melimpah, memiliki peluang besar dalam eksplorasi produksi biofuel. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk penyerapan karbon berbasis alam, rehabilitasi hutan, dan penyimpanan karbon dalam skala besar.
Menurut Menko Luhut, Indonesia memiliki luasnya bentang alam yang dapat menampung potensi signifikan untuk penyerapan karbon berbasis alam. Melalui program rehabilitasi hutan skala besar, Indonesia dapat mengurangi hingga 1.860 MtCO2e, serta memiliki kapasitas penyimpanan karbon sebesar 400 Gigaton untuk Carbon Capture Storage (CCS).
Namun demikian, Menko Luhut juga menyadari bahwa Indonesia tidak dapat mencapai upaya dekarbonisasi ini sendirian. Kerjasama antarnegara sangat penting untuk memastikan teknologi yang diperlukan dapat diakses, sehingga pembangunan berkelanjutan dapat tercapai di seluruh wilayah. Selain itu, investasi substansial juga harus tersedia untuk mendukung inisiatif dekarbonisasi ini.
Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan dan dekarbonisasi, namun kerjasama antarnegara dan investasi yang substansial diperlukan untuk mewujudkan visi ini. Menko Luhut menekankan pentingnya kolaborasi dalam upaya mencapai tujuan bersama untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung pembangunan berkelanjutan di masa depan.