INTERNASIONAL

Taiwan Bersiap Menghadapi Invasi China dengan Sistem Roket Canggih HIMARS dari Amerika

Amerika Serikat (AS) baru saja mengirimkan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) pertama yang dipesan oleh Taiwan. Pasokan sistem roket canggih ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan pulau yang diperintah secara demokratis di tengah ancaman invasi militer dari China. China melihat Taiwan sebagai wilayahnya dan telah berulang kali menjanjikan untuk menundukkan pulau tersebut, bahkan dengan kekerasan jika perlu. Meskipun Partai Komunis China tidak pernah memerintah Taiwan, militer Beijing semakin agresif dalam beberapa tahun terakhir.

Taiwan merespons dengan memperkuat pertahanannya, termasuk dengan meningkatkan anggaran militernya, memperpanjang wajib militer, dan mengembangkan platform senjata baru seperti kapal selam serang. Taiwan tertarik pada HIMARS Amerika karena telah terbukti efektif dalam melawan invasi pasukan Rusia di Ukraina. Militer Taiwan dapat menggunakan HIMARS ini untuk menyerang fasilitas militer China di sepanjang pantai tenggara atau menargetkan pasukan penyerang di berbagai wilayah Taiwan.

Taiwan awalnya memesan 11 unit HIMARS pada tahun 2020, namun kemudian membatalkan rencana pembelian self-propelled howitzer M109A6 Paladin demi 18 unit HIMARS tambahan. Batch awal pasokan HIMARS tiba bulan lalu dan digunakan untuk melatih Komando Artileri Angkatan Darat Taiwan. Militer Taiwan telah menetapkan pantai barat Taiwan sebagai prioritas untuk penyebaran HIMARS.

HIMARS dirancang untuk penyebaran cepat, membawa enam roket berpemandu presisi atau satu Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) per peluncur. Rudal ATACMS yang dipesan oleh Taiwan memiliki jangkauan hingga 186 mil, sehingga garis pantai China tenggara dapat dijangkau. Meskipun AS mengalihkan pengakuan resmi dari Taipei ke Beijing pada tahun 1979, hubungan AS-Taiwan tetap kuat.

Berdasarkan Undang-Undang Hubungan Taiwan tahun 1979, Amerika Serikat berkewajiban untuk memasok senjata pertahanan ke pulau tersebut. Namun, banyak sistem persenjataan yang dipesan dalam beberapa tahun terakhir masih belum terkirim. Total penjualan senjata AS ke Taiwan mencapai USD20,5 miliar pada bulan September, yang telah menjadi sumber konflik antara AS dan China.

China terus menekan Taiwan di bawah kepemimpinan Presiden Lai Ching-te. Pasukan China telah melakukan latihan tempur besar-besaran di sekitar pulau itu setelah pelantikan Lai pada bulan Mei, serta melakukan simulasi blokade bulan lalu. Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan telah mendeteksi 44 pesawat militer China di Selat Taiwan, menunjukkan ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara.

Dengan kedatangan HIMARS Amerika, Taiwan semakin siap menghadapi ancaman dari China. Dengan strategi yang tepat, Taiwan dapat mempertahankan kedaulatannya dan melindungi pulau ini dari ancaman eksternal. Semoga kerjasama antara AS dan Taiwan terus berlanjut untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Timur.