Politik Tanpa Bayaran: Kesetiaan Politik Masyarakat Jepara
Hasil survei dari Pandawa Research yang dilakukan pada Juni untuk Pilkada Jepara 2024 semakin menarik perhatian para akademisi. Dalam survei tersebut, hanya terdapat tiga calon Bupati Jepara yang mendapat dukungan utama, di antaranya adalah pendatang baru Witiarso Utomo dengan tingkat dukungan mencapai 22,2%, diikuti oleh petahana Dian Kristiandi sebesar 21,3% dan KH. Nuruddin Amin sebesar 12,7%.
Menurut Dosen Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang, Niswa Adlina Labiba, tingginya atau rendahnya elektabilitas seseorang dalam politik dipengaruhi oleh beberapa faktor, sesuai dengan teori preferensi politik yang diterapkan. Ada tiga preferensi politik yang dapat dilihat, pertama adalah rasionality, yang menunjukkan sejauh mana masyarakat menginginkan perubahan dan bisa dilihat dari rekam jejak calon kepala daerah. Yang kedua adalah aspek sosiologi, yang meliputi latar belakang sosial dan kontribusi masyarakat, serta yang ketiga adalah aspek psikologis, yang berkaitan dengan kepemimpinan dan kemampuan mengayomi masyarakat.
Berdasarkan data dari Pandawa Research, Witiarso Utomo terlihat telah memenuhi ketiga aspek preferensi politik tersebut dan unggul dalam faktor pemilihan. Dia dikenal baik, ramah serta memiliki visi dan misi yang disukai oleh masyarakat. Selain itu, adanya keinginan untuk melakukan perubahan, keterlibatan sosial dan dukungan psikologis membuatnya lebih disukai oleh masyarakat.
Keunggulan Witiarso Utomo juga didukung oleh sikap politik masyarakat Jepara yang lebih condong pada prinsip “menerima pemberian uang dari calon bupati, tetapi tetap memilih sesuai hati nurani”. Meskipun ada berbagai fenomena patologi politik seperti money politic yang dapat mempengaruhi hasil pemilihan, ternyata masyarakat Jepara tetap memilih sesuai dengan keinginan hati nurani mereka.
Akademisi asal Kabupaten Jepara ini menambahkan bahwa keberhasilan Witiarso Utomo dalam survei tidak lepas dari peran relawan yang membantu menyebarkan program kerja dan sosoknya sampai ke seluruh lapisan masyarakat. Gerakan relawan menjadi sangat penting bagi pendatang baru untuk meraih dukungan, terutama di wilayah dengan penetrasi yang masih rendah.
Di sisi lain, pakar Komunikasi Publik dari Kindi PR and Strategic Communication, Irwan Saputra, berpendapat bahwa kekalahan petahana dalam survei Pandawa Research disebabkan oleh kurangnya efektivitas komunikasi politik. Jarak tipis antara petahana dan kandidat baru menunjukkan bahwa komunikasi politik ke basis massa belum efektif, sehingga elektabilitasnya sebagai petahana belum bisa melampaui calon baru.
Dengan adanya dinamika politik yang terjadi di Pilkada Jepara 2024, masyarakat diharapkan dapat lebih melek politik dan memilih pemimpin sesuai dengan hati nurani mereka. Penelitian dan survei yang dilakukan oleh Pandawa Research memberikan gambaran yang jelas tentang preferensi politik masyarakat Jepara, dan hal ini akan memengaruhi hasil akhir dari pesta demokrasi yang akan datang.