Bos Intel Mengundurkan Diri, Bobrok Perusahaan Dibongkar Habis
Salah satu petinggi Intel tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatannya. Kabarnya, ia memilih untuk resign karena perbedaan pendapat dengan CEO Pat Gelsinger dan direktur lainnya mengenai berbagai hal, mulai dari jumlah karyawan, budaya perusahaan yang ‘main aman’, hingga strategi kecerdasan buatan yang tertinggal dari perusahaan-perusahaan AS lainnya. Lip-Bu Tan, seorang veteran dalam industri semikonduktor, menyatakan bahwa ia meninggalkan posisi di dewan direksi karena ingin “memprioritaskan kembali berbagai komitmen pribadi”.
Mantan CEO perusahaan chip Cadence Design tersebut bergabung dengan dewan direksi Intel dua tahun yang lalu dengan harapan dapat mengembalikan posisi Intel sebagai produsen chip global terkemuka. Dewan direksi kemudian memberikan Tang tanggung jawab yang lebih besar dengan memberinya wewenang untuk mengawasi operasi manufaktur pada Oktober 2023. Namun, seiring berjalannya waktu, Tan mulai merasa frustrasi dengan besarnya jumlah karyawan perusahaan, pendekatan Intel terhadap manufaktur kontrak, serta budaya perusahaan yang cenderung menghindari risiko dan birokratis.
Kabar mengenai pengunduran diri Tan sebelumnya tidak pernah dilaporkan. Keputusan Tan untuk mundur datang pada saat perusahaan sedang mengalami masa sulit dalam sejarahnya. Intel dilaporkan telah menyewa bank investasi Morgan Stanley untuk menyiapkan strategi pertahanan. Meskipun demikian, Intel dan perusahaan modal ventura milik Tan, Walden Catalyst, menolak memberikan komentar terkait hal ini.
Kehilangan Tan dari dewan Intel meninggalkan kekosongan dalam bidang teknis dan bisnis industri chip, yang sebagian besar diisi oleh orang-orang dari latar belakang akademis, keuangan, industri medis, teknologi, dan kedirgantaraan. Performa Intel memang sedang menurun belakangan ini. Perusahaan bahkan telah menghentikan pembayaran dividen yang telah berlangsung selama beberapa dekade ketika melaporkan hasil dan rencana untuk mengurangi belanja modal demi pembangunan pabrik.
Intel juga kehilangan lebih dari US$30 miliar dalam nilai pasar perusahaan akibat kondisi ini. Saat ini, persaingan di industri chip semakin sengit dengan lonjakan permintaan di sektor kecerdasan buatan. Perusahaan chip grafis Nvidia, misalnya, telah berhasil menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar mencapai US$3 triliun.
Intel sendiri melewatkan peluang pada 2018 untuk mengambil alih 30% saham dari perusahaan pembuat ChatGPT, OpenAI. Rencana pemulihan Intel saat ini bergantung pada bisnis manufaktur logamnya, yang membantu perusahaan lain dalam produksi chip, mirip dengan TSMC. Namun, Intel belum mengungkapkan siapa saja pelanggan-pelanggan baru ini, dan diprediksi bahwa bisnis ini tidak akan menghasilkan laba hingga tahun 2027.
Upaya Intel tahun lalu untuk masuk ke produksi kontrak melalui pembelian produsen chip Tower Semiconductor senilai US$5,4 miliar, yang berbasis di Israel, gagal setelah China memblokir kesepakatan tersebut. Tanpa Tower, Intel, yang secara historis merupakan produsen chip, tidak memiliki nilai tambah untuk bekerja dengan pelanggan eksternal.
Dengan kondisi yang semakin sulit ini, Intel harus segera menemukan solusi yang tepat untuk memperbaiki performanya dan kembali bersaing di pasar chip global. Semoga keputusan pengunduran diri Lip-Bu Tan dapat membawa perubahan positif bagi masa depan perusahaan.