TEKNOLOGI

Hacker Tersangka di Balik Serangan Malware Terbesar

Seorang warga China berusia 25 tahun, Wang Yunhe, telah menjadi sorotan internasional setelah dituduh sebagai otak di balik serangan malware terbesar dalam sejarah cybercrime. Bulan lalu, Wang ditangkap di Singapura oleh tim yang dipimpin oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS), mengungkap jaringan yang rumit dan luas dari aktivitas kejahatan cyber yang telah dilakukan olehnya.

Malware yang disebarkan oleh Wang, dikenal sebagai Botnet 911 S5, telah menjangkiti jutaan komputer di hampir 200 negara, mengakibatkan kerugian besar bagi individu, perusahaan, dan lembaga di seluruh dunia. Modus operandi Wang melibatkan pengambilalihan komputer yang terinfeksi untuk dijual kepada penjahat dunia maya, memberi mereka akses yang tidak sah untuk melancarkan serangan cyber seperti penipuan dan pencurian data pribadi.

Dari hasil kejahatannya yang menggemparkan, Wang diduga berhasil memperoleh keuntungan sebesar US$99 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli sejumlah properti mewah di berbagai negara, termasuk AS, St Kitts dan Nevis, Singapura, Thailand, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab.

Menurut catatan pengadilan AS, Wang tinggal di beberapa properti di Singapura, China, dan Thailand, sementara juga mengoperasikan beberapa perusahaan di berbagai negara, termasuk Gold Chick, sebuah perusahaan induk, dan Universe Capital Management, sebuah konsultan manajemen.

Selain itu, Wang juga memiliki sejumlah aset lainnya, termasuk kendaraan mewah seperti Ferrari F8 Spider 2022 yang terdaftar di Singapura, rekening di beberapa bank terkemuka seperti CIMB Bank, Citibank Singapura, dan bank-bank di Thailand, serta unit kondominium di Angullia Park. Tidak hanya itu, koleksi jam tangan mewah dari merek terkenal seperti Patek Philippe dan Audemars Piguet juga menjadi bagian dari asetnya.

Keterlibatan Wang dalam kegiatan ilegal ini menyoroti kompleksitas dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh kejahatan cyber. Sementara penangkapannya menandai langkah positif dalam memerangi kejahatan ini, kasusnya juga memperlihatkan perlunya kerjasama global untuk melacak, mengungkap, dan mengadili pelaku kejahatan cyber yang semakin terampil dan berbahaya.