Hal yang Akan Terjadi Jika Google Menjual Chrome
Departemen Kehakiman AS (DOJ) sedang menyiapkan langkah hukum untuk memaksa Google melakukan perubahan besar pada struktur bisnisnya, termasuk menjual browser utama mereka, Chrome. Keputusan ini diambil setelah hakim menyatakan bahwa Google telah melakukan monopoli bisnis mesin pencarian secara ilegal. Chrome saat ini menjadi browser paling populer di dunia dan dianggap sebagai alat strategis yang digunakan Google untuk mempromosikan produknya dan menghambat pertumbuhan kompetitor.
Jika Google benar-benar menjual Chrome, ini akan menjadi pukulan telak bagi perusahaan tersebut. Google saat ini menghasilkan uang dari penargetan iklan dan fitur-fitur yang mempromosikan perdagangan online melalui pencarian gratis yang mereka sediakan. Menjual Chrome juga akan membuat Google kehilangan sumber data dan informasi yang digunakan untuk melatih algoritmanya dan mempromosikan layanan lain seperti Maps.
Chrome, yang diluncurkan pada tahun 2008, telah mendominasi pasar peramban dengan mengalahkan saingannya, Edge dan Safari. Meskipun demikian, para analis percaya bahwa Google akan menemukan cara untuk pulih jika dipaksa menjual Chrome. Meskipun melepas peramban tidak akan menghancurkan Google sebagai perusahaan, kemungkinan pengguna akan merasakan dampaknya.
Analisis Bloomberg memperkirakan bahwa harga jual Chrome, yang digunakan oleh lebih dari tiga miliar orang di seluruh dunia, setidaknya mencapai US$15 miliar. Namun, sulit untuk memprediksi harga Chrome di pasaran karena kurangnya preseden. Ada sedikit pembeli potensial untuk Chrome, dan kemungkinan besar perusahaan yang sanggup membelinya sudah berada di bawah pengawasan anti-monopoli.
Para analis percaya bahwa orang akan tetap menggunakan Chrome terlepas dari siapa yang memilikinya, asalkan kualitasnya tetap terjaga. Departemen Kehakiman AS mungkin menghadapi tantangan dalam menerapkan solusi yang diusulkan dalam kasus ini, dan masih belum jelas apakah pemerintahan yang akan datang akan melanjutkan upaya untuk membubarkan Google.
Donald Trump telah mengekspresikan kekhawatiran terhadap pembubaran Google, mengklaim bahwa China takut pada perusahaan tersebut dan bahwa langkah itu akan merugikan AS secara internasional. Namun, Trump juga menuduh Google bersikap tidak adil terhadap kaum konservatif. Perlu diingat bahwa pendapat dan sikap pemerintah dapat berubah seiring waktu.
Dalam situasi ini, Google harus siap menghadapi perubahan besar dalam model bisnisnya dan mencari cara untuk tetap relevan di pasar yang terus berkembang. Meskipun tantangan besar mungkin ada di depan, Google memiliki sumber daya dan keahlian untuk mengatasi hambatan tersebut. Semoga saja, hasil dari upaya restrukturisasi ini akan membawa dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.