INTERNASIONAL

Tragedi Khan Younis: Serangan Israel Bikin Gempar dengan 31 Korban

Serangan udara Israel di pintu masuk sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan di Gaza selatan telah menyebabkan kematian sedikitnya 31 orang, termasuk delapan anak-anak, dan melukai lebih dari 50 lainnya ketika serangan militer semakin meningkat di wilayah tersebut. Pada Selasa sore, tenda-tenda keluarga pengungsi di luar sekolah di kota Abassan diserang, menimbulkan kekacauan di antara ribuan orang yang mencari perlindungan.

Rekaman yang tersebar menunjukkan anak-anak sedang bermain sepak bola saat ledakan tiba-tiba mengguncang area tersebut, memicu teriakan panik. Saksi mata melaporkan bahwa sekitar 3.000 orang berada di lokasi serangan, membuat situasi semakin mencekam.

Serangan lanjutan Israel pada dini hari hari Rabu menambah korban jiwa, dengan 20 warga Palestina tewas di kamp pengungsi Nuseirat dan di sebuah rumah di Deir al-Balah. Wilayah ini sebenarnya merupakan “zona aman kemanusiaan” yang dipersiapkan oleh Israel untuk melindungi warga Palestina, namun tampaknya kekerasan tidak dapat dihindari.

Hamas melaporkan bahwa lebih dari 60 warga Palestina tewas dalam serangan baru Israel hanya dalam satu hari. Pasukan Israel juga melancarkan serangan darat di Kota Gaza, menjadikannya upaya terbaru untuk menghadapi militan Hamas yang terus bergerak.

Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan kesulitan dalam memberikan bantuan karena intensitas pemboman di Kota Gaza yang melanda. Orang-orang terlihat panik, mencoba mencari perlindungan dari serangan-serangan yang datang dari udara dan darat.

Pertempuran sengit terus berlangsung, dengan pesawat tempur dan drone Israel menyerang dengan brutal. Kantor kemanusiaan PBB mencatat bahwa hanya sedikit rumah sakit yang masih berfungsi di Gaza, membuat pelayanan medis semakin sulit dilakukan.

Situasi semakin mencekam bagi warga Gaza yang terjebak di antara pertempuran yang tak kunjung reda. Mereka terpaksa berusaha mencari perlindungan tanpa mengetahui jalan yang aman, dengan toko roti terbesar PBB terpaksa ditutup dan kelompok bantuan menghadapi kesulitan untuk memberikan bantuan.

Pertempuran terus memunculkan korban jiwa dan kerusakan di wilayah tersebut, tanpa tanda-tanda damai yang akan datang. Warga Gaza kembali harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah konflik tak berkesudahan.